Minggu, 07 November 2010

Filsafat

A. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang dalam perkembangan berikutnaya dikenal dalam bahasa lain yaitu: philosophie (Jerman, Belanda, dan Perancis); philosophy (Inggris) Philosophia (Latin) dan Falsafah (Araab).
Istilah philosophia dengan akar kata philos dan Sophia berari kawan kebijaksanaan. Philosopie menurut arti katanya adalah cinta akan kebijaksanaan dan berusaha tuk memilikinya.
Secara Etimologi istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah. Ada pula yang berpendapat bahwa istilah tersebut bersala dari bahsa Inggris “philosophy”. Kedua istilah tersebut berakar pada bahasa Yunani yaitu “ philosophia”. Istilah tersebut memiliki dua unsure asasi, yaitu: “ philein” dan Sophia”. Philen berarti cinta, Sophia berate kebijaksanaan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dipahami bahwa filsafat (philosophia) berate cinta kebijaksanaan. Seorang filusuf adalah pencari kebijaksanaan, ia adalah pencinta kebijaksanaan dalam arti hakikat. Seorang filusuf mencintai atau mencari kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dcalamnya. Seorang filsuf adalah pencinta pemakaian istilah filsafat pertama kali digunakan oleh Pytagoras. Pada saat itu pengertian filsafat menurutnya belum begitu jelas. Kemudian pengertian itu di perjelas seperti halnya yang banyak di pakai sekarang. Kaum sophist yang dipelopori oleh Socrates telah menjelaskan pengertian filsafat yang tetap dipakai hingga saat ini.
Pengertian Filsafat secara tirminologi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1). Ploto
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli
2). Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan).
3). Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
4). Renec Deskartes
Filsafat adalah umpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam, dan manusia terjadi pokok penyelidikan.
5). Imanuel Kant
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yag didalamnya tercakup maslah epistemology (filsafat pengetahuan ) yang menjawab semua persoalan apa yang dapat kita ketahui? Masalah etika yang menjawab persoalan apa yang harus kita kerjakan? Masalah keTuhanan (keagamaan) yang menjawab persoalan harapan kita dan masalah manusia.
6.) Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang maslah-masalah yang makna keadaan, Tuhan keabadian, dan kebebasan.
7). Hasbullah Bakry
Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu denagan mendalam mengenai keTuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan ilmu pengetahuan etntang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah maencapai ilmu pengetahuan itu.

B. Dasar-Dasar Pengetahuan
A. Definisi dan Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan
1. Definisi Ilmu Pengetahuan
Istilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang bersal dari bahasa Latin scienta dari bentuk kata kerja scire yang mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam bahasa Jerman wissenchft
Sepanjang sejarahnya manusia dalam usahanya memahami dunia sekelilingnya mengenal dua sarana, yaitu pengetahuan ilmiah(scientific knowledge) dan penjelasan gaib( myistical explanations). Kini satu pihak manusia memiliki sekelompok pengetahuan dengan sistematis dengan hipotesis yag telah dibuktikan kenbenaranya secara sah, tetapi pihak lian sebagian mengenal pula aneka keterangan serba gaib yang tidak mungkin diuji sahnya untuk jelasan rangkaian peristiwa yang masih diluar jangkauan pemahamannya. Diantara rentangan pengetahusn ilmiah dan penjelasan gaib itu terdapatlah persoalan ilmiah yang merupakan kumpulan hipotesis yang dapat di uji, tetapi belum secara sah dibuktikan kebenaranya.
Menurut The Liang Gie(1987) hubunagn antara pengetahuan ilmiah, penjelasan gaib dan persoalan ilmiah tersebut dapat diperjelas denagn bagan sebagai berikut:
Scientific Knowledge

Scientific Problems

Mystical Explanations

Dalam bagan tersebut terdapat tiga bidang yang salingberhubungan yaitu:
I. Bidang penetahuan Ilmiah. Ini merupakan kumpulan hipotesis yang telah terbukti sah
II. Bidang persoalan ilmiah. Ini merupakan kumpulan hipotesis yang dapt diuji, tetapi belum dapat dibuktikan secara sah
III. Ini merupakan kumpulan hipotesis yang tidak dapat di uji sahnya.
Para ilmuan mencurahkan tenaga dan waktunya dalam bidang II, yakni terus menerus berusaha membuktikan sahnya berbagai hipotesis sehingga bidang I diharapkan senantiasa bertambah besar. Usaha memperbesar bidang I sehingga kumpulan pengetahuan ilmiah menjadi semakin luas dapatlah dicakup dengan sebuah penelitian (research). Dalam sejarah perkembangan ilmu dengan meluasnya bidang I maka bidang III lalu menjadi semakin kecil. Oleh karena itu ternyatalah bahwa ada hubungan yang sangat erat antara ilmu denagn penelitian. Pada kelanjutanya terdapatlah kaitan antara pemikiran untuk memecahkan persoalan ilmiah dengan metode yang dipakai dalam penelitian.
Ilmu sebagai aktifitas ilmiah dapat berwujud penelahan (study) penyelidiki (inquiry), usaha menemukakan (attempt to find) atau pencarian (search). Oleh karena itu, pencarian biasanya dilakukan berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini dipergunakan istilah research (penelitian) untuk aktiivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan pengetahuan baru.
Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langka, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau memperkembangkan pengetahuan yang ada.
Metode yang berkaitan dengan pola procedural meliputi pengamatan, percobaam, pengukuran, survey, deduksi, induksi, analisis, dan lain-lain.
Dari aktivitas ilmiah dengan metode ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuan dapatlah dihimpun sekumpulan pengetahuan yang baru atau disempurnakan dengan pengetahuan yang telah ada, sehingga di kalangan ilmuan maupun para filsuf pada umum nya terdapat kesepakatan suatu kumpulan yang sistemetis.
Adapun menurut bahm (dalam koento wibisono,1997) definisi ilmu pengetahuan melibatkan paling tidak enam macam komponen, yaitu masalah (problem), sikap (attitude), metode (method), aktivitas (activity), kesimpulan (conclution), dan pengaruh (effects).

B. Ciri – Ciri Ilmu pengetahuan
Ciri persoalan pengetahuan ilmiah natara lain : adalah persoalan dalam ilmu itu penting untuk segera dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh jawaban. Disamping itu, setiap ilmu dapat memecahkan masalah sehingga mencapai suatu kejelasan serta kebenaran, walaupun bukan kebenaran akhir yang abadi dan mutlak. Kemudian bahwa setiap jawaban dalam masalah ini yang telah berupa kebenaran harus dapat diuji oleh bahwa setiap masalah dalam ilmu harus dapat dijawab dengan cara penelahaan atau penelitian keilmuan yang seksama, sehingga dapat dijelaskan dan didefinisikan.
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie (1987) mempunyai 5 ciri pokok:
1. Emperis,
2. Sistematis,
3. Objek,
4. Analitis,
5. Verifikatif.
Adapun Daoed Joesoef (1987) menunujukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal yaitu:
1. Produk,
2. Proses,
3. dan Masyarakat.
Van Melsen (1985) mengemukakan ada 8 ciri yang menandai illmu, yaitu sebagai berikut:
1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai keseluruhan yang secara logis dan koheren. Itu berarti adanya system dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis).
2. Ilmu penegetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tenggung jawab ilmuan.
3. Universalitas ilmu pengetahuan.
4. Objectivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjek.
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan baru dan menumbulkan problem baru lagi.
7. Kritis, artinya tidak ada lagi toeri yang definitive, setiap toeri terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memamfaatkan data-data baru.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dengan praktis
Muhammad Hatta mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum causal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan tatau keterangan yang komfrehensif dan konsisten tentang pengalaman dengan istilah yang sederhana. (Ansal Bakhtiar, 2004, hal .15)

C. Keragaman dan Pengelompokan Ilmu Pengetahuan
Kumpulan pernyataan ilmuan mengenai suatu objek yang memuat pengetahuan ilmiah oleh The Liang Gie (2000) memepunyai 4 bentuk:
1. Deskripsi
Ini merupakan kumpulan pernyataan bercorak diskriptif dengan memberikan mengenai bentuk, susunan, peran, dan hal-hal terperinci lainnya dari fenomena yang bersangkutan. Bentuk ini umumnya terdapat pada cabang-cabang ilmu khusus yang terutama bercorak diskriptif seperti misalnya ilmu anatomi atau geografi.
2. Preskripsi
Ini merupakan kumpulan pernyataan bercorak preskriptif dengn memberikan petunjuk atau ketentuan mengenai apa yang perlu berlansung atau sebaliknya dilakukan dalam hubungannya dengan objek seerhana itu. Bentuk-bentuk ini dapat dijumpai dalam cabang-cabang ilmu social.
3. Eksposisi Pola
Bentuk ini merangku pernyataan yang memaparkan pola dalam sekumpula sifat, cirri, kecendrungan atau proses lainnya dari fenomena yang di telaah. Misalnya dalam antropologi dapat dipaparkan pola kebudayaan berbagai suku bangsa atau dalam sosiologi dibeberkan pola perubahan masyarakat pedesaan yang menjadi masyarakat perkotaan.
4. Rekonstruksi Historis
Bentuk ini merangkum pernyataan yang berusaha menggambarkan atau menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang diperlukan pertumbuhan sesuatu hal pada masa lampau yang jauh baik secara ilmiah atau karena campur tangan manusia. Cabang-cabang ilmu khusus yang banyak mengandung banyak pernyataan ini misalnya ialah historiografi, ilmu purbakala, dan palenteologi.
D. Susunan Ilmu Pengetahuan
Langka-langka dalam Ilmu Pengetahuan
a. Perumusan masalah,
Setiap penyelidikan ilmiah dimulai dengan masalah yang dirumuskan secara tepat dan jelas dalam bentuk pertanyaan agar ilmuan mempunyai jalan untuk mengetahui fakta-fakta apa saja yang harus dikumpulkan.
b. Pengamatan dan pengumpulan data atau obsevasi,
Penyelidikan ilmiah dalam tahap ii mempunyai corak emperis dan nduktif dimana seluruh kegiatan diarahkan pada pengumpula data dengan melalui pengamatan yang cermat sambil didukung oleh berbagai sarana yang canggih. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan.
c. Pengamatan dan klasifikasi data,
Dalam tahap ini ditekankan penyusulan fakta-fakta dalam kelompok, jenis dan kelas tertentu berdasarkan sifat yang sama. Kegiatan inilah yang disebut klasifikasi. Dengan klasifikasi, menganalisis, membandingkan dan membeda-bedakan data yang relevan.
d. Perumusan pengetahuan (definisi),
Dalam tahap ini, ilmuan mengadakan analisis dan sintesis secara induktif. Lewat analisis dan sintesis ilmuan mengadakan generalisasi (kesimpulan umum). Generalisasi merupakan pengetahuan umum yang dituangkan dalam pernyataan umum atau universal. Dari sinilah teori terbentuk.
e. Tahap peramalan (prediksi),
Dalam tahap ini, deduksi mulai memainkan peranan. Disini ada teori yang sudah terbentuk tadi, diturunkan hipotesis baru dari hipotesis ini, lewat deduksi pula, ilmuan mulai menyusun implikasi logis agar dapat mengadakan ramalan-ramalan tentang gejala yang perlu diketahui atau yang masih terjadi. Deduksi ini selalu dirumuskan dalam bentuk silogisme.
f. Pengujian kebenaran hipotesis (verifikasi).
Dalam tahap ini dilakukan pengujian kebenaran hipotesis dan itu artinya menguji kebenaran ramalan-ramalan tadi melalui pengamatan atau obsevasi terhadap fakta yang sebenarnaya atau percobaan-perobaan. Dalam hal ini keputusan terakhir terletak pada fakta. Jika fakta tidak mendukung hipotesis, maka hipotesis itu harus dibongkar dan diganti dengan hipotesis lain dan seluruh kegiatan ilmiah harus dimulai lagi dari permulaan. Tu berarti data emperis merupaka penentubbagi benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian langkah terakhir dari seluruh kegiatan ilmiah adalah pengujian kebenaran ilmiah dan itu artinya menguji konsekuensi-konsekuensi yang telah dijabarkan secara deduktif. (Beerling,1998)


Hubungan filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
• Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai keakar-akar
• Keduanya memberi pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kajian-kajian yang kita alami dan mencoba menunjukakan sebab akibatnya.
• Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
• Kedunya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan sebelum timbul dari hasiat manusia atau objekvitas akan pengetahuan yang lebih mendasar.

Perbedaanya:
• Filsafat memuat pernyataan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu pengetahuan bersifat duskursif yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tau mejadi tau.
• Filsafat memberikan penjelasan yang mutlak, dan mendalam sampai mendasr atau primary cause sedangkan ilmu pengetahuan menunjukan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekedar atau secondary cause.
Jadi erat kaitanaya antara ilmu filsafat dan pengetahuan. Dimana filsafat tanpa ilmu pengetahuan tidaklah sesuai begitupun sebaliknya ilmu pengetahuan tanpa filsafat maka tidak akan menemukan titik kebenaranya hingga ke akar-akar.

Daftar isi


S.H Sudarsono, Ilmu Filsafat , 2008. Jakarta: Rineka Cipta
Surajiyo, Drs. 2009. Filsafat Ilmu dan Perkembangan Di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Askara
Ihsan Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.
Baktiar, Amsal, MA, 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

1 komentar: